Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh..
Teman Dunmay, sebelum
masuk ke materi kita hari ini, Ane(Aku/Saya) ada pertanyaan nih sebelumnya,
biar sans dikit ye.. wkwkwk..
Nih, Ketika ane tanya, “Apaa Kabar teman-teman
dunmay hari in?” , Jawabnya harus
“Alhamdulillah, Luar Biasa, Allahu Akbar” yayaya..
Oke, mari kita mulai
Ane : “Apa kabar teman-teman dunmay saat ini?”
Antum : “Alhamdulillah, Luar Biasa, Allahu Akbar^^”
Hehehe..
Mahasyii anyak yaa..
Oke, kita mulai yak, hari ini kita akan membahas
materi yang berjudul, “Keragaman Agama di NKRI”
Sebelumnya, NKRI itu apa??
Yaps. NKRI itu adalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mendengar kata Indonesia, apa yang ada di
benak kalian semua? Hayooo.. iya iya.. Negara kepulauan(betul), Negara Zamrud
Khatulistiwa(betul), Negara
Agraris(betul), Negara Balinesia(betul), Negara seribu candi(betul), Negara
muslim terbanyak di dunia(betul) Negara
apa lagi hayoo.. masih banyak julukan orang-orang di dunia bagi Indonesia..
Wuihhh..
Tapi, di blog ini ane
cuman mau menjelaskan Keragaman Agama di NKRI, yang sesuai dengan tema kita di
atas. Hehehe..
Tahukan kamu bahwa Indonesia merupakan negara yang
penduduknya mayoritas beragama islam terbanyak sedunia?? Tidak ada yang dapat
mengalahkan negara kepulauan ini (InsyaAllah), kecuali dengan kehendaknya. Hehehe...
Tapi, sebelumnya apa
sih itu Agama? Seberapa pentingnya sih agama itu bagi kita(manusia)? Monggo
dibaca...
Agama adalah sistem
yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan antar manusia dan
lingkungannya [1]..
Agama itu berperan :
- - Tata cara kita untuk beribadah
- - Tata cara kita untuk bergaul antar lawan
jenis
- - Cara kita mengetahui mana yang
hak(benar) dan mana batil(salah)
- - Dan masih banyak yang lainnya ^^ J
Ada informasi nih,
Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal
ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila:
“Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh
secara kolektif terhadap politik, ekonomi dan budaya.[1]Menurut
hasil sensus tahun 2010, 87,18% dari 237.641.326 penduduk Indonesia adalah
pemeluk Islam, 6,96% Protestan, 2,9% Katolik, 1,69% Hindu, 0,72% Buddha, 0,05% Kong Hu Cu, 0,13%
agama lainnya, dan 0,38% tidak terjawab atau tidak ditanyakan.[2] Woww...
Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa
"tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk memilih dan mempraktikkan
kepercayaannya" dan "menjamin semuanya akan kebebasan untuk
menyembah, menurut agama atau kepercayaannya".[3] Pemerintah,
bagaimanapun, secara resmi hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan,
Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu.[4][5]
v Enam Agama
utama di Indonesia
1. Agama
Islam
Peta persebaran umat Islam di Indonesia berdasarkan sensus tahun
2010
Indonesia merupakan negara
dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia,
dengan 85% dari jumlah penduduk adalah penganut ajaran Islam.[15] Mayoritas Muslim
dapat dijumpai di wilayah barat Indonesia seperti di Jawa dan Sumatera.
Sedangkan di wilayah timur Indonesia, persentase penganutnya tidak sebesar di
kawasan barat.[16] Sekitar 98%
Muslim di Indonesia adalah penganut aliran Sunni.[17] Sisanya, sekitar
dua juta pengikut adalah Syiah (di atas satu persen), berada di Jawa[17]
Sejarah Islam di Indonesia
sangatlah kompleks dan mencerminkan keanekaragaman dan kesempurnaan tersebut
kedalam kultur.[16] Pada abad ke-12,
sebagian besar pedagang orang Islam dari India tiba di pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Hindu yang
dominan beserta kerajaan Buddha, seperti Majapahit dan Sriwijaya,
mengalami kemunduran, dimana banyak pengikutnya berpindah agama ke Islam. Dalam
jumlah yang lebih kecil, banyak penganut Hindu yang berpindah ke Bali, sebagian Jawa dan Sumatera.[16]
Ringkasan :
Nama Kitab Suci : Al-Qur’an
Nama Pembawa : Nabi Muhammad SAW
Permulaan : Sekitar 1400 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Masjid, Musholah, langgar
Hari Besar Keagamaan : Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha, Tahun Baru Hijrah, Isra’ Mi’raj,.
Nama Pembawa : Nabi Muhammad SAW
Permulaan : Sekitar 1400 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Masjid, Musholah, langgar
Hari Besar Keagamaan : Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha, Tahun Baru Hijrah, Isra’ Mi’raj,.
Jumlah Penganut : 207.176.162 jiwa (87,18%)
2.
Agama Kristen
Protestan
Peta persebaran umat Kristen Protestan di Indonesia berdasarkan
sensus tahun 2010
Kristen Protestan berkembang
di Indonesia selama masa kolonia lBelanda (VOC), pada
sekitar abad ke-16. Kebijakan VOC yang mereformasi Katolik dengan sukses
berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Protestan di Indonesia.[19] Agama ini
berkembang dengan sangat pesat pada abad ke-20, yang ditandai oleh kedatangan
para misionaris dari Eropa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti di wilayah
barat Papua dan lebih sedikit di kepulauan Sunda.[20] Pada 1965,
ketika terjadi perebutan kekuasaan, orang-orang tidak beragama dianggap sebagai
orang-orang yang tidak ber-Tuhan, dan karenanya tidak mendapatkan hak-haknya
yang penuh sebagai warganegara.[20] Sebagai
hasilnya, gereja Protestan mengalami suatu pertumbuhan anggota.
Protestan membentuk suatu perkumpulan minoritas penting di beberapa
wilayah. Sebagai contoh, di pulau Sulawesi, 17%
penduduknya adalah Protestan, terutama di Tana Toraja, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.
Sekitar 75% penduduk di Tana Toraja adalah Protestan. dibeberapa wilayah,
keseluruhan desa atau kampung memiliki sebutan
berbeda terhadap aliran Protestan ini, tergantung pada keberhasilan aktivitas
para misionaris.[21]
Di Indonesia, terdapat tiga
provinsi yang mayoritas penduduknya adalah Protestan, yaitu Papua, Maluku,dan Sulawesi Utara dengan 90%,91%,94% dari jumlah penduduk. Di Papua, ajaran
Protestan telah dipraktikkan secara baik oleh penduduk asli.Di Ambon, ajaran
Protestan mengalami perkembangan yang sangat besar. Di Sulawesi Utara, kaum Minahasa,
berpindah agama ke Protestan pada sekitar abad ke-18.[22] Saat ini,
kebanyakan dari penduduk asli Sulawesi Utara menjalankan beberapa aliran
Protestan. Selain itu, para transmigran dari pulau Jawa dan Madura yang beragama
Islam juga mulai berdatangan. Sepuluh persen lebih-kurang; dari jumlah penduduk
Indonesia adalah penganut Kristen Protestan.
Ringkasan :
Nama Kitab Suci :
Alkitab
Nama Pembawa : Yesus Kristus
Permulaan : Sekitar 2000 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Gereja
Hari Besar Keagamaan : Hari Natal, Hari Jumat Agung, Hari Paskah, Kenaikan Isa Almasih
Jumlah Penganut : 16.528.513 jiwa (6,96%)
Nama Pembawa : Yesus Kristus
Permulaan : Sekitar 2000 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Gereja
Hari Besar Keagamaan : Hari Natal, Hari Jumat Agung, Hari Paskah, Kenaikan Isa Almasih
Jumlah Penganut : 16.528.513 jiwa (6,96%)
Gereja Protestan, Maluku
3.
Agama
Kristen Katolik
Peta persebaran umat Kristen Katolik di Indonesia berdasarkan
sensus tahun 2010
Awal mula:
abad ke-14 - abad ke-18
Kristen Katolik tiba di
Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol
yang berdagang rempah-rempah.[20]
Banyak orang Portugis yang
memiliki tujuan untuk menyebarkan agama Katolik Roma di Indonesia, dimulai dari
kepulauan Maluku pada tahun 1534. Antara tahun 1546 dan1547,
pelopor misionaris Kristen, Fransiskus Xaverius, mengunjungi pulau itu dan membaptiskan beberapa ribu
penduduk setempat.[23]
Pada abad ke-16, Portugis dan
Spanyol mulai memperluas pengaruhnya di Manado dan kawasan Minahasa, serta
mencapai Flores dan Timor. Portugis dan Spanyol berperan menyebarkan agama
Kristen Katolik, namun hal tersebut tidak bertahan lama sejak VOC berhasil mengusir Spanyol dan Portugis dari Sulawesi
Utara dan Maluku. VOC pun mulai menguasai Sulawesi Utara, untuk melindungi
kedudukannya di Maluku.
Selama masa VOC, banyak
penyebar dan penganut agama Katolik Roma yang ditangkap. Belanda adalah negara
basis Protestan, dan penganut Katolik dianggap sebagai kaki-tangan Spanyol dan
Portugis, musuh politik dan ekonomi VOC. Karena alasan itulah VOC mulai
menerapkan kebijakan yang membatasi dan melarang penyebaran agama Katolik. Yang
paling terdampak adalah umat Katolik di Sulawesi Utara, Flores dan Timor. Di Sulawesi Utara kini mayoritas adalah penganut
Protestan. Meskipun demikian umat Katolik masih bertahan menjadi mayoritas di
Flores, hingga kini Katolik adalah agama mayoritas di Nusa Tenggara Timur. Diskriminasi terhadap umat Katolik berakhir ketika
Belanda dikalahkan oleh Perancis dalam era perang Napoleon.
Pada tahun 1806, Louis Bonaparte, adik Napoleon I yang penganut
Katolik diangkat menjadi Raja Belanda, atas perintahnya agama Katolik bebas
berkembang di Hindia Belanda.
Agama Katolik mulai
berkembang di Jawa Tengah ketika Frans
van Lith menetap di Muntilan pada 1896 dan
menyebarkan iman Katolik kepada rakyat setempat. Mulanya usahanya tidak membawa
hasil yang memuaskan, hingga tahun 1904 ketika empat kepala desa dari daerah
Kalibawang memintanya menjelaskan mengenai Katolik. Pada 15 Desember 1904,
sebanyak 178 orang Jawa dibaptis di Semagung, Muntilan, Magelang.
Pada tahun 2006, 3% dari
penduduk Indonesia adalah Katolik, lebih kecil dibandingkan para penganut Protestan. Mereka
kebanyakan tinggal di Papua dan Flores. Selain di Flores, kantung Katolik yang
cukup signifikan adalah di Jawa Tengah, yakni kawasan sekitar Muntilan,
Magelang, Klaten, serta Yogyakarta. Selain masyarakat Jawa, iman Katolik juga
menyebar di kalangan warga Tionghoa-Indonesia.
Ringakasan:
Agama Katolik
Nama Kitab Suci :
Alkitab
Nama Pembawa : Yesus Kristus
Permulaan : Sekitar 2000 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Gereja
Hari Besar Keagamaan : Hari Natal, Hari Jumat Agung, Hari Paskah, Kenaikan Isa Almasih
Jumlah Penganut : 6.907,873 jiwa (2,91%)
Nama Pembawa : Yesus Kristus
Permulaan : Sekitar 2000 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Gereja
Hari Besar Keagamaan : Hari Natal, Hari Jumat Agung, Hari Paskah, Kenaikan Isa Almasih
Jumlah Penganut : 6.907,873 jiwa (2,91%)
Peta persebaran umat Hindu di Indonesia berdasarkan sensus tahun
2010
Kebudayaan dan agama Hindu
tiba di Indonesia pada abad pertama Masehi, bersamaan waktunya dengan
kedatangan agama Buddha,[24]yang
kemudian menghasilkan sejumlah kerajaan Hindu-Buddha sepertiKutai, Mataram dan Majapahit. Candi Prambanan adalah kuil
Hindu yang dibangun semasa kerajaan Majapahit, semasa dinasti Sanjaya. Kerajaan
ini hidup hingga abad ke 16 M, ketika kerajaan Islam mulai berkembang. Periode
ini, dikenal sebagai periode Hindu-Indonesia, bertahan selama 16 abad penuh.[25]
Hindu di Indonesia berbeda
dengan Hindu lainnya di dunia.[26] Sebagai contoh,
Hindu di Indonesia, secara formal ditunjuk sebagai agama Hindu Dharma,
tidak pernah menerapkan sistem kasta. Contoh lain adalah, bahwa Epos keagamaan Hindu Mahabharata (Pertempuran
Besar Keturunan Bharata) dan Ramayana (Perjalanan
Rama), menjadi tradisi penting para pengikut Hindu di Indonesia, yang
dinyatakan dalam bentuk wayang dan pertunjukan
tari. Aliran Hindu juga telah terbentuk dengan cara yang berbeda di daerah
pulau Jawa, yang jadilah lebih dipengaruhi oleh versi Islam mereka
sendiri, yang dikenal sebagai Islam
Abangan atau Islam Kejawen.[27]
Semua praktisi agama Hindu
Dharma berbagi kepercayaan dengan banyak orang umum, kebanyakan adalah Lima
Filosofi: Panca Srada.[28]Ini
meliputi kepercayaan satu Yang Maha Kuasa Tuhan, kepercayaan di dalam jiwa dan semangat, serta karma atau kepercayaan
akan hukuman tindakan timbal balik. Dibanding kepercayaan atas siklus kelahiran
kembali dan reinkarnasi, Hindu
di Indonesia lebih terkait dengan banyak sekali yang berasal dari nenek moyang roh. Sebagai tambahan, agama Hindu di sini lebih memusatkan
pada seni dan upacara
agama dibanding kitab, hukum dan kepercayaan.[26]
Menurut catatan, jumlah
penganut Hindu di Indonesia pada tahun 2006 adalah 6,5 juta orang),[29] sekitar 1,8%
dari jumlah penduduk Indonesia, merupakan nomor empat terbesar. Namun jumlah
ini diperdebatkan oleh perwakilan Hindu Indonesia, Parisada
Hindu Dharma Indonesia (PHDI). PHDI
memberi suatu perkiraan bahwa ada 18 juta orang penganut Hindu di Indonesia.[30] Sekitar
93 % penganut Hindu berada di Bali.
Selain Bali juga terdapat di Sumatera, Jawa, Lombok, dan pulau Kalimantan yang juga
memiliki populasi Hindu cukup besar, yaitu di Kalimantan Tengah,
sekitar 15,8 % (sebagian besarnya adalah Hindu Kaharingan, agama
lokal Kalimantan yang digabungkan
ke dalam agama Hindu).
Ringkasan:
Agama Hindu
Nama Kitab Suci : Weda
Nama Pembawa : –
Permulaan : Sekitar 3000 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Pura
Hari Besar Keagamaan : Hari Nyepi, Hari Saraswati, Hari Pagerwesi
Jumlah Penganut : 4.012.116 jiwa (1,69%)
Nama Pembawa : –
Permulaan : Sekitar 3000 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Pura
Hari Besar Keagamaan : Hari Nyepi, Hari Saraswati, Hari Pagerwesi
Jumlah Penganut : 4.012.116 jiwa (1,69%)
Seorang perempuan Hindu Bali sedang menempatkan sesajian di tempat suci keluarganya
Peta persebaran umat Buddha di Indonesia berdasarkan sensus
tahun 2010
Buddha merupakan agama tertua kedua di Indonesia, tiba
pada sekitar abad keenam masehi.[31] Sejarah Buddha
di Indonesia berhubungan erat dengan sejarah Hindu, sejumlah kerajaan Buddha
telah dibangun sekitar periode yang sama. Seperti kerajaan Sailendra, Sriwijaya dan Mataram.
Kedatangan agama Buddha telah dimulai dengan aktivitas perdagangan yang mulai
pada awal abad pertama melalui Jalur Sutra antara India dan Indonesia.[32] Sejumlah warisan
dapat ditemukan di Indonesia, mencakup candi Borobudur di Magelang dan patung atau
prasasti dari sejarah Kerajaan Buddha yang lebih awal.
Mengikuti kejatuhan Soekarno
pada pertengahan tahun 1960-an, dalam Pancasila ditekankan lagi
pengakuan akan satu Tuhan (monoteisme).[33] Sebagai
hasilnya, pendiri Perbuddhi (Persatuan Buddha Indonesia), Bhikku Ashin
Jinarakkhita, mengusulkan bahwa ada satu dewata
tertinggi, Sang Hyang Adi Buddha. Hal ini didukung dengan sejarah di belakang versi
Buddha Indonesia pada masa lampau menurut teks Jawa kuno dan bentuk candi Borobudur.
Menurut sensus nasional tahun
2000, kurang lebih dari 2% dari total penduduk Indonesia beragama Buddha,
sekitar 4 juta orang.[31] Kebanyakan
penganut agama Buddha berada di Jakarta, walaupun
ada juga di lain provinsi seperti Riau, Sumatera Utara dan Kalimantan Barat.
Namun, jumlah ini mungkin terlalu tinggi, mengingat agama Konghucudan Taoisme tidak dianggap
sebagai agama resmi di Indonesia, sehingga dalam sensus diri mereka dianggap
sebagai penganut agama Buddha.[31]
Ringakasan :
Agama Buddha
Nama Kitab Suci : Tri
Pitaka
Nama Pembawa : Siddharta Gautama
Permulaan : Sekitar 2500 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Vihara
Hari Besar Keagamaan : Hari Waisak, Hari Asadha, Hari Kathina
Jumlah Penganut : 1.703.254 jiwa (0,72%)
Nama Pembawa : Siddharta Gautama
Permulaan : Sekitar 2500 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Vihara
Hari Besar Keagamaan : Hari Waisak, Hari Asadha, Hari Kathina
Jumlah Penganut : 1.703.254 jiwa (0,72%)
6.
Agama
Konghucu
Peta persebaran umat Khonghucu di Indonesia berdasarkan sensus
tahun 2010
Agama Konghucu berasal dari Cina daratan dan yang dibawa oleh para pedagang Tionghoa dan
imigran. Diperkirakan pada abad ketiga Masehi, orang Tionghoa tiba di kepulauan Nusantara.[4] Berbeda dengan
agama yang lain, Konghucu lebih menitikberatkan pada kepercayaan dan praktik
yang individual, lepas daripada kode etik melakukannya, bukannya suatu agama
masyarakat yang terorganisir dengan baik, atau jalan hidup atau pergerakan
sosial. Di era 1900-an, pemeluk Konghucu membentuk suatu organisasi, disebutTiong
Hoa Hwee Koan (THHK) di
Batavia (sekarang Jakarta).
Setelah kemerdekaan Indonesia
pada tahun 1945, umat Konghucu di Indonesia terikut oleh beberapa huru-hara
politis dan telah digunakan untuk beberapa kepentingan politis. Pada 1965, Soekarno mengeluarkan
sebuah keputusan presiden No. 1/Pn.Ps/1965 1/Pn.Ps/1965, di mana agama resmi di
Indonesia menjadi enam, termasuklah Konghucu.[4] Pada awal tahun
1961, Asosiasi Khung Chiao Hui Indonesia (PKTHI), suatu organisasi Konghucu,
mengumumkan bahwa aliran Konghucu merupakan suatu agama dan Confuciusadalah nabi mereka.
Tahun 1967, Soekarno
digantikan oleh Soeharto, menandai
era Orde Baru. Di
bawah pemerintahan Soeharto, perundang-undangan anti Tiongkok telah
diberlakukan demi keuntungan dukungan politik dari orang-orang, terutama
setelah kejatuhan PKI, yang diklaim telah didukung oleh Tiongkok.[4] Soeharto
mengeluarkan instruksi presiden No. 14/1967, mengenai kultur Tionghoa,
peribadatan, perayaan Tionghoa, serta menghimbau orang Tionghoa untuk mengubah
nama asli mereka. Bagaimanapun, Soeharto mengetahui bagaimana cara
mengendalikan Tionghoa Indonesia, masyarakat yang hanya 3% dari populasi penduduk
Indonesia, tetapi memiliki pengaruh dominan di sektor perekonomian Indonesia.[34] Pada tahun yang
sama, Soeharto menyatakan bahwa “Konghucu berhak mendapatkan suatu tempat
pantas di dalam negeri” di depan konferensi PKTHI.[4]
Pada tahun 1969, UU No.
5/1969 dikeluarkan, menggantikan keputusan presiden tahun 1967 mengenai enam
agama resmi. Namun, hal ini berbeda dalam praktiknya. Pada 1978, Menteri Dalam
Negeri mengeluarkan keputusan bahwa hanya ada lima agama resmi, tidak termasuk
Konghucu.[4] Pada tanggal 27
Januari 1979, dalam suatu pertemuan kabinet, dengan kuat memutuskan bahwa
Konghucu bukanlah suatu agama. Keputusan Menteri Dalam Negeri telah dikeluarkan
pada tahun 1990 yang menegaskan bahwa hanya ada lima agama resmi di Indonesia.
Karenanya, status Konghucu di
Indonesia pada era Orde Baru tidak pernah jelas. De jure,
berlawanan hukum, di lain pihak hukum yang lebih tinggi mengizinkan Konghucu, tetapi
hukum yang lebih rendah tidak mengakuinya. De facto,
Konghucu tidak diakui oleh pemerintah dan pengikutnya wajib menjadi agama lain
(biasanya Kristen atau Buddha) untuk
menjaga kewarganegaraan mereka. Praktik ini telah diterapkan di banyak sektor,
termasuk dalam kartu tanda penduduk, pendaftaran perkawinan, dan bahkan dalam
pendidikan kewarga negaraan di Indonesia yang hanya mengenalkan lima agama
resmi.[4]
Setelah reformasi Indonesia tahun
1998, ketika kejatuhan Soeharto, Abdurrahman Wahid dipilih menjadi presiden yang keempat. Wahid mencabut
instruksi presiden No. 14/1967 dan keputusan Menteri Dalam Negeri tahun 1978.
Agama Konghucu kini secara resmi dianggap sebagai agama di Indonesia. Kultur
Tionghoa dan semua yang terkait dengan aktivitas Tionghoa kini diizinkan untuk
dipraktekkan. Warga Tionghoa Indonesia dan pemeluk Konghucu kini dibebaskan
untuk melaksanakan ajaran dan tradisi mereka. Seperti agama lainnya di
Indonesia yang secara resmi diakui oleh negara, maka Tahun Baru Imlek telah menjadi hari libur keagamaan resmi.
Ringkasan :
Agama Kong Hu Cu
Nama Kitab Suci : Si
Shu Wu Ching
Nama Pembawa : Kong Hu Cu
Permulaan : Sekitar 2500 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Li Tang / Klenteng
Hari Besar Keagamaan : Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh
Jumlah Penganut : 117.091 jiwa (0,05%)
Nama Pembawa : Kong Hu Cu
Permulaan : Sekitar 2500 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Li Tang / Klenteng
Hari Besar Keagamaan : Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh
Jumlah Penganut : 117.091 jiwa (0,05%)
Referensi
·
Bertrand J, Nationalism
and Ethnic Conflict in Indonesia, Cambridge :
Cambridge University Press, 2004, 278 pages, ISBN 0-521-81889-3.
Retrieved October 22, 2006
·
International Coalition for Religious Freedom. (2004). "Indonesia".
"Religious Freedom World Report". Retrieved September 6, 2006
·
Llyod G and Smith S, Indonesia
Today, Lanham, Maryland : Rowman & Littlefield Publishers,
2001, 343 pages, ISBN 0-7425-1761-6
·
Bunge,
F.M. (ed.) (1983). Indonesia: A Country Study.
U.S. Library of Congress.
Diakses tanggal 2006-10-02.
Catatan
2. ^ "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama
yang Dianut". Sensus
Penduduk 2010. Jakarta,
Indonesia: Badan Pusat Statistik. 15 May 2010. Islam
207176162 (87,18%), Kristen 16528513 (6,96), Katolik 6907873 (2,91), Hindu
4012116 (1,69), Buddha 1703254 (0,72), Kong Hu Cu 117091 (0,05), lainnya 299617
(0,13), tidak terjawab 139582 (0,06), tidak ditanyakan 757118 (0,32), total
237641326
4. ^ a b c d e f g Yang, Heriyanto
(2005). "The History and Legal Position of
Confucianism in Post Independence Indonesia" (PDF). Religion 10 (1). Diakses tanggal 2006-10-02.
5. ^ Hosen, Nadirsyah
(2005-09-08). "Religion and the Indonesian
Constitution: A Recent Debate" (PDF). Journal
of Southeast Asian Studies (Cambridge University Press).doi:10.1017/S0022463405000238. Diakses tanggal 2006-10-26.
7. ^ a b "Indonesian Religions". Encyclopedia of Philosophy, Theology and Religion (PHILTAR). St. Martin's College. Diakses tanggal 2006-10-02.
8. ^ "The Period of Hindu Kingdoms". Embassy of Republic of Indonesia at Bangkok, Thailand. 2006. Diakses tanggal 2006-10-17.
9. ^ Pariwono, John I.;
Abdul Gani Ilahude and Malikusworo Hutomo (December 2005)."Progress in Oceanography of the
Indonesian Seas: A Historical Perspective" (PDF).Oceanography (The Oceanography
Society) 18 (4): 8. doi:10.5670/oceanog.2005.04. Diakses tanggal 2006-10-27.
11. ^ Goh, Robbie B.H. Christianity
in Southeast Asia. Institute of
Southeast Asian Studies. p. 80. 9812302972.
12. ^ a b c Bertrand, Jaques
(2004). Nationalism and Ethnic Conflict in Indonesia. Cambridge University Press. ISBN 0-521-52441-5.
13. ^ Kahin,
George McT. and Kahin, Audrey R. Subversion as Foreign Policy: The Secret
Eisenhower and Dulles Debacle in Indonesia. New York: The New Press, 1995.
14. ^ "Penetapan Presiden No 1 Tahun 1965
Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama". Diakses tanggal 2008-4-8.
15. ^ Suryodiningrat,
Meidyatama (2006-10-02). "Who Are Indonesians?". The Jakarta Post. Diakses tanggal 2006-10-02.
19. ^ Goh, Robbie B.H. Christianity
in Southeast Asia. Institute of
Southeast Asian Studies. pp. p.80. 9812302972.
20. ^ a b c cf.
Bunge (1983), chapter Christianity. Kesalahan pengutipan: Invalid
<ref>
tag; name "infocathuslib" defined multiple times with
different content
23. ^ Vermander, Benoit. "Francis Xavier and Asia: the road to cultural
inventiveness".Academic director of
Taipei Ricci Institute. International Study Commission. Diakses tanggal 2006-10-07.
25. ^ "History on Indonesia". Indonesian Consulate General, Los Angeles, USA. Diakses tanggal 2006-10-03.
27. ^ Lidde, R. William
(August 1996). "The Islamic Turn in Indonesia: A
Political Explanation". Journal
of Asian Studies 55 (3): 613–634. doi:10.2307/2646448. Diakses tanggal 2006-10-27.
28. ^ Suryani, Luh Ketut
(2004). "Balinese Women in a Changing
Society". Journal
of the American Academy of Psychoanalysis and Dynamic Psychiatry 32 (1: Special issue
Women and Society). doi:10.1521/jaap.32.1.213.28335. 1546-0371.
Diakses tanggal 2006-10-27.
30. ^ U.S. Department of State Annual Report
on International Religious Freedom for 2006 - Indonesia - September 2006 US
State Department
31. ^ a b c "Buddhism in Indonesia". Buddha Dharma Education Association. Buddha Dharma Education Association. 2005. Diakses tanggal 2006-10-03.
34. ^ Michael Richardson. "Native Groups Seek Wealth Shift -
Voluntary or Not : Indonesia Pressures Chinese". International Herarld Tribune. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2005-10-25. Diakses tanggal 2006-10-02.
Okay..
Syukron Katsiran, Thank you so much sudah mau berkunjung di blog ane. Kurang
lebihnya ane mohon maaf. Wabillahi taufiq wal hidayah. Wassalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh ^^...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar