Minggu, 21 Februari 2016

Keragaman Agama di NKRI

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh..

Teman Dunmay, sebelum masuk ke materi kita hari ini, Ane(Aku/Saya) ada pertanyaan nih sebelumnya, biar sans dikit ye.. wkwkwk..
Nih, Ketika ane tanya, “Apaa Kabar teman-teman dunmay hari in?” ,  Jawabnya harus “Alhamdulillah, Luar Biasa, Allahu Akbar” yayaya..
Oke, mari kita mulai
Ane     : “Apa kabar teman-teman dunmay saat ini?”
Antum : “Alhamdulillah, Luar Biasa, Allahu Akbar^^”
Hehehe.. Mahasyii anyak yaa..

Oke, kita mulai yak, hari ini kita akan membahas materi yang berjudul, “Keragaman Agama di NKRI”
Sebelumnya, NKRI itu apa??

Yaps. NKRI itu adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mendengar kata Indonesia, apa yang ada di benak kalian semua? Hayooo.. iya iya.. Negara kepulauan(betul), Negara Zamrud Khatulistiwa(betul),  Negara Agraris(betul), Negara Balinesia(betul), Negara seribu candi(betul), Negara muslim terbanyak di dunia(betul)  Negara apa lagi hayoo.. masih banyak julukan orang-orang di dunia bagi Indonesia.. Wuihhh..
Tapi, di blog ini ane cuman mau menjelaskan Keragaman Agama di NKRI, yang sesuai dengan tema kita di atas. Hehehe..

            Tahukan kamu bahwa Indonesia merupakan negara yang penduduknya mayoritas beragama islam terbanyak sedunia?? Tidak ada yang dapat mengalahkan negara kepulauan ini (InsyaAllah), kecuali dengan kehendaknya. Hehehe...
Tapi, sebelumnya apa sih itu Agama? Seberapa pentingnya sih agama itu bagi kita(manusia)? Monggo dibaca...

Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan antar manusia dan lingkungannya [1]..

Agama itu berperan :

-        -   Tata cara kita untuk beribadah
-        -  Tata cara kita untuk bergaul antar lawan jenis
-        -   Cara kita mengetahui mana yang hak(benar) dan mana batil(salah)
-        -   Dan masih banyak yang lainnya ^^ J

Ada  informasi nih, Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila: “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif terhadap politik, ekonomi dan budaya.[1]Menurut hasil sensus tahun 2010, 87,18% dari 237.641.326 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 6,96% Protestan, 2,9% Katolik, 1,69% Hindu, 0,72% Buddha, 0,05% Kong Hu Cu, 0,13% agama lainnya, dan 0,38% tidak terjawab atau tidak ditanyakan.[2] Woww...
Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa "tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk memilih dan mempraktikkan kepercayaannya" dan "menjamin semuanya akan kebebasan untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya".[3] Pemerintah, bagaimanapun, secara resmi hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu.[4][5]


v Enam Agama utama di Indonesia

1.     Agama Islam
 Peta persebaran umat Islam di Indonesia berdasarkan sensus tahun 2010

Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia, dengan 85% dari jumlah penduduk adalah penganut ajaran Islam.[15] Mayoritas Muslim dapat dijumpai di wilayah barat Indonesia seperti di Jawa dan Sumatera. Sedangkan di wilayah timur Indonesia, persentase penganutnya tidak sebesar di kawasan barat.[16] Sekitar 98% Muslim di Indonesia adalah penganut aliran Sunni.[17] Sisanya, sekitar dua juta pengikut adalah Syiah (di atas satu persen), berada di Jawa[17]
Sejarah Islam di Indonesia sangatlah kompleks dan mencerminkan keanekaragaman dan kesempurnaan tersebut kedalam kultur.[16] Pada abad ke-12, sebagian besar pedagang orang Islam dari India tiba di pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Hindu yang dominan beserta kerajaan Buddha, seperti Majapahit dan Sriwijaya, mengalami kemunduran, dimana banyak pengikutnya berpindah agama ke Islam. Dalam jumlah yang lebih kecil, banyak penganut Hindu yang berpindah ke Bali, sebagian Jawa dan Sumatera.[16]

Ringkasan :

Nama Kitab Suci : Al-Qur’an
Nama Pembawa : Nabi Muhammad SAW
Permulaan : Sekitar 1400 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Masjid, Musholah, langgar
Hari Besar Keagamaan : Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha, Tahun Baru Hijrah, Isra’ Mi’raj,.

Jumlah Penganut : 207.176.162 jiwa (87,18%)


Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh, Indonesia



2.     Agama Kristen Protestan
Peta persebaran umat Kristen Protestan di Indonesia berdasarkan sensus tahun 2010

Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa kolonia lBelanda (VOC), pada sekitar abad ke-16. Kebijakan VOC yang mereformasi Katolik dengan sukses berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Protestan di Indonesia.[19] Agama ini berkembang dengan sangat pesat pada abad ke-20, yang ditandai oleh kedatangan para misionaris dari Eropa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti di wilayah barat Papua dan lebih sedikit di kepulauan Sunda.[20] Pada 1965, ketika terjadi perebutan kekuasaan, orang-orang tidak beragama dianggap sebagai orang-orang yang tidak ber-Tuhan, dan karenanya tidak mendapatkan hak-haknya yang penuh sebagai warganegara.[20] Sebagai hasilnya, gereja Protestan mengalami suatu pertumbuhan anggota.
Protestan membentuk suatu perkumpulan minoritas penting di beberapa wilayah. Sebagai contoh, di pulau Sulawesi, 17% penduduknya adalah Protestan, terutama di Tana Toraja, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara. Sekitar 75% penduduk di Tana Toraja adalah Protestan. dibeberapa wilayah, keseluruhan desa atau kampung memiliki sebutan berbeda terhadap aliran Protestan ini, tergantung pada keberhasilan aktivitas para misionaris.[21]
Di Indonesia, terdapat tiga provinsi yang mayoritas penduduknya adalah Protestan, yaitu Papua, Maluku,dan Sulawesi Utara dengan 90%,91%,94% dari jumlah penduduk. Di Papua, ajaran Protestan telah dipraktikkan secara baik oleh penduduk asli.Di Ambon, ajaran Protestan mengalami perkembangan yang sangat besar. Di Sulawesi Utara, kaum Minahasa, berpindah agama ke Protestan pada sekitar abad ke-18.[22] Saat ini, kebanyakan dari penduduk asli Sulawesi Utara menjalankan beberapa aliran Protestan. Selain itu, para transmigran dari pulau Jawa dan Madura yang beragama Islam juga mulai berdatangan. Sepuluh persen lebih-kurang; dari jumlah penduduk Indonesia adalah penganut Kristen Protestan.

Ringkasan :
Nama Kitab Suci  : Alkitab
Nama Pembawa : Yesus Kristus
Permulaan : Sekitar 2000 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Gereja
Hari Besar Keagamaan : Hari Natal, Hari Jumat Agung, Hari Paskah, Kenaikan Isa Almasih
Jumlah Penganut : 16.528.513 jiwa (6,96%)


Gereja Protestan, Maluku



3.     Agama Kristen Katolik
Peta persebaran umat Kristen Katolik di Indonesia berdasarkan sensus tahun 2010


Awal mula: abad ke-14 - abad ke-18
Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah.[20]
Banyak orang Portugis yang memiliki tujuan untuk menyebarkan agama Katolik Roma di Indonesia, dimulai dari kepulauan Maluku pada tahun 1534. Antara tahun 1546 dan1547, pelopor misionaris Kristen, Fransiskus Xaverius, mengunjungi pulau itu dan membaptiskan beberapa ribu penduduk setempat.[23]
Pada abad ke-16, Portugis dan Spanyol mulai memperluas pengaruhnya di Manado dan kawasan Minahasa, serta mencapai Flores dan Timor. Portugis dan Spanyol berperan menyebarkan agama Kristen Katolik, namun hal tersebut tidak bertahan lama sejak VOC berhasil mengusir Spanyol dan Portugis dari Sulawesi Utara dan Maluku. VOC pun mulai menguasai Sulawesi Utara, untuk melindungi kedudukannya di Maluku.
Selama masa VOC, banyak penyebar dan penganut agama Katolik Roma yang ditangkap. Belanda adalah negara basis Protestan, dan penganut Katolik dianggap sebagai kaki-tangan Spanyol dan Portugis, musuh politik dan ekonomi VOC. Karena alasan itulah VOC mulai menerapkan kebijakan yang membatasi dan melarang penyebaran agama Katolik. Yang paling terdampak adalah umat Katolik di Sulawesi Utara, Flores dan Timor. Di Sulawesi Utara kini mayoritas adalah penganut Protestan. Meskipun demikian umat Katolik masih bertahan menjadi mayoritas di Flores, hingga kini Katolik adalah agama mayoritas di Nusa Tenggara Timur. Diskriminasi terhadap umat Katolik berakhir ketika Belanda dikalahkan oleh Perancis dalam era perang Napoleon. Pada tahun 1806, Louis Bonaparte, adik Napoleon I yang penganut Katolik diangkat menjadi Raja Belanda, atas perintahnya agama Katolik bebas berkembang di Hindia Belanda.
Agama Katolik mulai berkembang di Jawa Tengah ketika Frans van Lith menetap di Muntilan pada 1896 dan menyebarkan iman Katolik kepada rakyat setempat. Mulanya usahanya tidak membawa hasil yang memuaskan, hingga tahun 1904 ketika empat kepala desa dari daerah Kalibawang memintanya menjelaskan mengenai Katolik. Pada 15 Desember 1904, sebanyak 178 orang Jawa dibaptis di Semagung, Muntilan, Magelang.
Pada tahun 2006, 3% dari penduduk Indonesia adalah Katolik, lebih kecil dibandingkan para penganut Protestan. Mereka kebanyakan tinggal di Papua dan Flores. Selain di Flores, kantung Katolik yang cukup signifikan adalah di Jawa Tengah, yakni kawasan sekitar Muntilan, Magelang, Klaten, serta Yogyakarta. Selain masyarakat Jawa, iman Katolik juga menyebar di kalangan warga Tionghoa-Indonesia.


Ringakasan:
Agama Katolik
Nama Kitab Suci : Alkitab
Nama Pembawa : Yesus Kristus
Permulaan : Sekitar 2000 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Gereja
Hari Besar Keagamaan : Hari Natal, Hari Jumat Agung, Hari Paskah, Kenaikan Isa Almasih
Jumlah Penganut : 6.907,873 jiwa (2,91%) 


Gereja Katedral di Jakarta



4.     Agama Hindu

Peta persebaran umat Hindu di Indonesia berdasarkan sensus tahun 2010

Kebudayaan dan agama Hindu tiba di Indonesia pada abad pertama Masehi, bersamaan waktunya dengan kedatangan agama Buddha,[24]yang kemudian menghasilkan sejumlah kerajaan Hindu-Buddha sepertiKutai, Mataram dan Majapahit. Candi Prambanan adalah kuil Hindu yang dibangun semasa kerajaan Majapahit, semasa dinasti Sanjaya. Kerajaan ini hidup hingga abad ke 16 M, ketika kerajaan Islam mulai berkembang. Periode ini, dikenal sebagai periode Hindu-Indonesia, bertahan selama 16 abad penuh.[25]
Hindu di Indonesia berbeda dengan Hindu lainnya di dunia.[26] Sebagai contoh, Hindu di Indonesia, secara formal ditunjuk sebagai agama Hindu Dharma, tidak pernah menerapkan sistem kasta. Contoh lain adalah, bahwa Epos keagamaan Hindu Mahabharata (Pertempuran Besar Keturunan Bharata) dan Ramayana (Perjalanan Rama), menjadi tradisi penting para pengikut Hindu di Indonesia, yang dinyatakan dalam bentuk wayang dan pertunjukan tari. Aliran Hindu juga telah terbentuk dengan cara yang berbeda di daerah pulau Jawa, yang jadilah lebih dipengaruhi oleh versi Islam mereka sendiri, yang dikenal sebagai Islam Abangan atau Islam Kejawen.[27]
Semua praktisi agama Hindu Dharma berbagi kepercayaan dengan banyak orang umum, kebanyakan adalah Lima Filosofi: Panca Srada.[28]Ini meliputi kepercayaan satu Yang Maha Kuasa Tuhan, kepercayaan di dalam jiwa dan semangat, serta karma atau kepercayaan akan hukuman tindakan timbal balik. Dibanding kepercayaan atas siklus kelahiran kembali dan reinkarnasi, Hindu di Indonesia lebih terkait dengan banyak sekali yang berasal dari nenek moyang roh. Sebagai tambahan, agama Hindu di sini lebih memusatkan pada seni dan upacara agama dibanding kitab, hukum dan kepercayaan.[26]
Menurut catatan, jumlah penganut Hindu di Indonesia pada tahun 2006 adalah 6,5 juta orang),[29] sekitar 1,8% dari jumlah penduduk Indonesia, merupakan nomor empat terbesar. Namun jumlah ini diperdebatkan oleh perwakilan Hindu Indonesia, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI). PHDI memberi suatu perkiraan bahwa ada 18 juta orang penganut Hindu di Indonesia.[30] Sekitar 93 % penganut Hindu berada di Bali. Selain Bali juga terdapat di Sumatera, Jawa, Lombok, dan pulau Kalimantan yang juga memiliki populasi Hindu cukup besar, yaitu di Kalimantan Tengah, sekitar 15,8 % (sebagian besarnya adalah Hindu Kaharingan, agama lokal Kalimantan yang digabungkan ke dalam agama Hindu).


Ringkasan:
Agama Hindu
Nama Kitab Suci : Weda
Nama Pembawa : –
Permulaan : Sekitar 3000 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Pura
Hari Besar Keagamaan : Hari Nyepi, Hari Saraswati, Hari Pagerwesi
Jumlah Penganut : 4.012.116 jiwa (1,69%)




Seorang perempuan Hindu Bali sedang menempatkan sesajian di tempat suci keluarganya



5.     Agama Budha

Peta persebaran umat Buddha di Indonesia berdasarkan sensus tahun 2010

Buddha merupakan agama tertua kedua di Indonesia, tiba pada sekitar abad keenam masehi.[31] Sejarah Buddha di Indonesia berhubungan erat dengan sejarah Hindu, sejumlah kerajaan Buddha telah dibangun sekitar periode yang sama. Seperti kerajaan Sailendra, Sriwijaya dan Mataram. Kedatangan agama Buddha telah dimulai dengan aktivitas perdagangan yang mulai pada awal abad pertama melalui Jalur Sutra antara India dan Indonesia.[32] Sejumlah warisan dapat ditemukan di Indonesia, mencakup candi Borobudur di Magelang dan patung atau prasasti dari sejarah Kerajaan Buddha yang lebih awal.
Mengikuti kejatuhan Soekarno pada pertengahan tahun 1960-an, dalam Pancasila ditekankan lagi pengakuan akan satu Tuhan (monoteisme).[33] Sebagai hasilnya, pendiri Perbuddhi (Persatuan Buddha Indonesia), Bhikku Ashin Jinarakkhita, mengusulkan bahwa ada satu dewata tertinggi, Sang Hyang Adi Buddha. Hal ini didukung dengan sejarah di belakang versi Buddha Indonesia pada masa lampau menurut teks Jawa kuno dan bentuk candi Borobudur.
Menurut sensus nasional tahun 2000, kurang lebih dari 2% dari total penduduk Indonesia beragama Buddha, sekitar 4 juta orang.[31] Kebanyakan penganut agama Buddha berada di Jakarta, walaupun ada juga di lain provinsi seperti Riau, Sumatera Utara dan Kalimantan Barat. Namun, jumlah ini mungkin terlalu tinggi, mengingat agama Konghucudan Taoisme tidak dianggap sebagai agama resmi di Indonesia, sehingga dalam sensus diri mereka dianggap sebagai penganut agama Buddha.[31]


Ringakasan :
Agama Buddha
Nama Kitab Suci : Tri Pitaka
Nama Pembawa : Siddharta Gautama
Permulaan : Sekitar 2500 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Vihara
Hari Besar Keagamaan : Hari Waisak, Hari Asadha, Hari Kathina
Jumlah Penganut : 1.703.254 jiwa (0,72%) 





Bhikku Buddha melaksanakan puja bakti di Borobudur



6.     Agama Konghucu

Peta persebaran umat Khonghucu di Indonesia berdasarkan sensus tahun 2010

Agama Konghucu berasal dari Cina daratan dan yang dibawa oleh para pedagang Tionghoa dan imigran. Diperkirakan pada abad ketiga Masehi, orang Tionghoa tiba di kepulauan Nusantara.[4] Berbeda dengan agama yang lain, Konghucu lebih menitikberatkan pada kepercayaan dan praktik yang individual, lepas daripada kode etik melakukannya, bukannya suatu agama masyarakat yang terorganisir dengan baik, atau jalan hidup atau pergerakan sosial. Di era 1900-an, pemeluk Konghucu membentuk suatu organisasi, disebutTiong Hoa Hwee Koan (THHK) di Batavia (sekarang Jakarta).
Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, umat Konghucu di Indonesia terikut oleh beberapa huru-hara politis dan telah digunakan untuk beberapa kepentingan politis. Pada 1965, Soekarno mengeluarkan sebuah keputusan presiden No. 1/Pn.Ps/1965 1/Pn.Ps/1965, di mana agama resmi di Indonesia menjadi enam, termasuklah Konghucu.[4] Pada awal tahun 1961, Asosiasi Khung Chiao Hui Indonesia (PKTHI), suatu organisasi Konghucu, mengumumkan bahwa aliran Konghucu merupakan suatu agama dan Confuciusadalah nabi mereka.
Tahun 1967, Soekarno digantikan oleh Soeharto, menandai era Orde Baru. Di bawah pemerintahan Soeharto, perundang-undangan anti Tiongkok telah diberlakukan demi keuntungan dukungan politik dari orang-orang, terutama setelah kejatuhan PKI, yang diklaim telah didukung oleh Tiongkok.[4] Soeharto mengeluarkan instruksi presiden No. 14/1967, mengenai kultur Tionghoa, peribadatan, perayaan Tionghoa, serta menghimbau orang Tionghoa untuk mengubah nama asli mereka. Bagaimanapun, Soeharto mengetahui bagaimana cara mengendalikan Tionghoa Indonesia, masyarakat yang hanya 3% dari populasi penduduk Indonesia, tetapi memiliki pengaruh dominan di sektor perekonomian Indonesia.[34] Pada tahun yang sama, Soeharto menyatakan bahwa “Konghucu berhak mendapatkan suatu tempat pantas di dalam negeri” di depan konferensi PKTHI.[4]
Pada tahun 1969, UU No. 5/1969 dikeluarkan, menggantikan keputusan presiden tahun 1967 mengenai enam agama resmi. Namun, hal ini berbeda dalam praktiknya. Pada 1978, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan keputusan bahwa hanya ada lima agama resmi, tidak termasuk Konghucu.[4] Pada tanggal 27 Januari 1979, dalam suatu pertemuan kabinet, dengan kuat memutuskan bahwa Konghucu bukanlah suatu agama. Keputusan Menteri Dalam Negeri telah dikeluarkan pada tahun 1990 yang menegaskan bahwa hanya ada lima agama resmi di Indonesia.
Karenanya, status Konghucu di Indonesia pada era Orde Baru tidak pernah jelas. De jure, berlawanan hukum, di lain pihak hukum yang lebih tinggi mengizinkan Konghucu, tetapi hukum yang lebih rendah tidak mengakuinya. De facto, Konghucu tidak diakui oleh pemerintah dan pengikutnya wajib menjadi agama lain (biasanya Kristen atau Buddha) untuk menjaga kewarganegaraan mereka. Praktik ini telah diterapkan di banyak sektor, termasuk dalam kartu tanda penduduk, pendaftaran perkawinan, dan bahkan dalam pendidikan kewarga negaraan di Indonesia yang hanya mengenalkan lima agama resmi.[4]
Setelah reformasi Indonesia tahun 1998, ketika kejatuhan Soeharto, Abdurrahman Wahid dipilih menjadi presiden yang keempat. Wahid mencabut instruksi presiden No. 14/1967 dan keputusan Menteri Dalam Negeri tahun 1978. Agama Konghucu kini secara resmi dianggap sebagai agama di Indonesia. Kultur Tionghoa dan semua yang terkait dengan aktivitas Tionghoa kini diizinkan untuk dipraktekkan. Warga Tionghoa Indonesia dan pemeluk Konghucu kini dibebaskan untuk melaksanakan ajaran dan tradisi mereka. Seperti agama lainnya di Indonesia yang secara resmi diakui oleh negara, maka Tahun Baru Imlek telah menjadi hari libur keagamaan resmi.


Ringkasan :
Agama Kong Hu Cu
Nama Kitab Suci : Si Shu Wu Ching
Nama Pembawa : Kong Hu Cu
Permulaan : Sekitar 2500 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Li Tang / Klenteng
Hari Besar Keagamaan : Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh
Jumlah Penganut : 117.091 jiwa (0,05%)


Klenteng







Referensi

·         Bertrand J, Nationalism and Ethnic Conflict in Indonesia, Cambridge : Cambridge University Press, 2004, 278 pages, ISBN 0-521-81889-3. Retrieved October 22, 2006
·         International Coalition for Religious Freedom. (2004). "Indonesia". "Religious Freedom World Report". Retrieved September 6, 2006
·         Llyod G and Smith S, Indonesia Today, Lanham, Maryland : Rowman & Littlefield Publishers, 2001, 343 pages, ISBN 0-7425-1761-6
·         Shaw, E. "Indonesian Religions". "Overview of World Religions". Retrieved September 8, 2006
·         Bunge, F.M. (ed.) (1983). Indonesia: A Country Study. U.S. Library of Congress. Diakses tanggal 2006-10-02.

Catatan

1.      ^ "Instant Indonesia: Religion of Indonesia". Swipa. Diakses tanggal 2006-10-02.
2.      ^ "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut". Sensus Penduduk 2010. Jakarta, Indonesia: Badan Pusat Statistik. 15 May 2010. Islam 207176162 (87,18%), Kristen 16528513 (6,96), Katolik 6907873 (2,91), Hindu 4012116 (1,69), Buddha 1703254 (0,72), Kong Hu Cu 117091 (0,05), lainnya 299617 (0,13), tidak terjawab 139582 (0,06), tidak ditanyakan 757118 (0,32), total 237641326
3.      ^ "Undang-undang Dasar 1945". Diakses tanggal 2006-10-02.
4.      ^ a b c d e f g Yang, Heriyanto (2005). "The History and Legal Position of Confucianism in Post Independence Indonesia" (PDF). Religion 10 (1). Diakses tanggal 2006-10-02.
5.      ^ Hosen, Nadirsyah (2005-09-08). "Religion and the Indonesian Constitution: A Recent Debate" (PDF). Journal of Southeast Asian Studies (Cambridge University Press).doi:10.1017/S0022463405000238. Diakses tanggal 2006-10-26.
6.      ^ a b "Transmigration". Prevent Conflict. April 2002. Diakses tanggal 2006-10-13.
7.      ^ a b "Indonesian Religions". Encyclopedia of Philosophy, Theology and Religion (PHILTAR). St. Martin's College. Diakses tanggal 2006-10-02.
8.      ^ "The Period of Hindu Kingdoms". Embassy of Republic of Indonesia at Bangkok, Thailand. 2006. Diakses tanggal 2006-10-17.
9.      ^ Pariwono, John I.; Abdul Gani Ilahude and Malikusworo Hutomo (December 2005)."Progress in Oceanography of the Indonesian Seas: A Historical Perspective" (PDF).Oceanography (The Oceanography Society) 18 (4): 8. doi:10.5670/oceanog.2005.04. Diakses tanggal 2006-10-27.
10.  ^ "East Asia" (PDF). OMF International. September 2003. Diakses tanggal 2006-10-27.
11.  ^ Goh, Robbie B.H. Christianity in Southeast Asia. Institute of Southeast Asian Studies. p. 80. 9812302972.
12.  ^ a b c Bertrand, Jaques (2004). Nationalism and Ethnic Conflict in Indonesia. Cambridge University Press. ISBN 0-521-52441-5.
13.  ^ Kahin, George McT. and Kahin, Audrey R. Subversion as Foreign Policy: The Secret Eisenhower and Dulles Debacle in Indonesia. New York: The New Press, 1995.
15.  ^ Suryodiningrat, Meidyatama (2006-10-02). "Who Are Indonesians?". The Jakarta Post. Diakses tanggal 2006-10-02.
16.  ^ a b c cf. Bunge (1983), chapter Islam.
17.  ^ a b Reza, Imam. "Shia Muslims Around the World". Diakses tanggal 2006-10-04.
19.  ^ Goh, Robbie B.H. Christianity in Southeast Asia. Institute of Southeast Asian Studies. pp. p.80. 9812302972.
20.  ^ a b c cf. Bunge (1983), chapter Christianity. Kesalahan pengutipan: Invalid<ref> tag; name "infocathuslib" defined multiple times with different content
21.  ^ "Indonesia - (Asia)". Reformed Online. Reformed Online. Diakses tanggal 2006-10-07.
22.  ^ "History - Colonialism & Independence". North Sulawesi Tourism. Diakses tanggal2006-10-02.
23.  ^ Vermander, Benoit. "Francis Xavier and Asia: the road to cultural inventiveness".Academic director of Taipei Ricci Institute. International Study Commission. Diakses tanggal 2006-10-07.
24.  ^ "Hinduism". OMF International UK. OMF International UK. Diakses tanggal 2006-10-03.
25.  ^ "History on Indonesia". Indonesian Consulate General, Los Angeles, USA. Diakses tanggal 2006-10-03.
26.  ^ a b cf. Bunge (1983), chapter Hinduism.
27.  ^ Lidde, R. William (August 1996). "The Islamic Turn in Indonesia: A Political Explanation". Journal of Asian Studies 55 (3): 613–634. doi:10.2307/2646448. Diakses tanggal 2006-10-27.
28.  ^ Suryani, Luh Ketut (2004). "Balinese Women in a Changing Society". Journal of the American Academy of Psychoanalysis and Dynamic Psychiatry 32 (1: Special issue Women and Society). doi:10.1521/jaap.32.1.213.28335. 1546-0371. Diakses tanggal 2006-10-27.
31.  ^ a b c "Buddhism in Indonesia". Buddha Dharma Education Association. Buddha Dharma Education Association. 2005. Diakses tanggal 2006-10-03.
32.  ^ Flanagan, Anthony (2006). "Buddhist Art: Indonesia". About. Diakses tanggal 2006-10-03.
33.  ^ cf. Bunge (1983), chapter Buddhism.
34.  ^ Michael Richardson. "Native Groups Seek Wealth Shift - Voluntary or Not : Indonesia Pressures Chinese". International Herarld Tribune. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2005-10-25. Diakses tanggal 2006-10-02.


Okay.. Syukron Katsiran, Thank you so much sudah mau berkunjung di blog ane. Kurang lebihnya ane mohon maaf. Wabillahi taufiq wal hidayah. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ^^...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar